Abstrak
Pengembangan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan peserta
didik adalah penting. Kesadaran ini perlu dijadikan pijakan dalam pengembangan
kurikulum dengan mengedepankan pembelajaran konstekstual. Untuk itu para mahasiswa,
khususnya mahasiswa jurusan pedagogik sebagai cikal bakal menjadi seorang guru
harus mampu berbuat, merancang secara serius pembelajaran yang didasarkan pada
premis proses belajar. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif dapat dikembangkan
melalui kegiatan pembelajaran. Kemampuan itu mencakup beberapa hal,
diantaranya, (1) membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan bijak, (2)
mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berfikir secara lebih
praktik baik di dalam atau di luar sekolah, (3) menghasilkan idea atau ciptaan
yang kreatif dan inovatif, (4) mengatasi cara-cara berfikir yang terburu-buru,
kabur dan sempit, (5) meningkatkan aspek kognitif dan afektif, dan (6) bersikap
terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat pertimbangan berdasarkan
alasan dan bukti, serta berani memberi pandangan dan kritik.
Kata kunci : berpikir
kritis, kreatif, guru, pendidik.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Guru merupakan sosok penting yang
memiliki peran strategis dalam dunia pendidikan. Peran dan fungsinya sebagai
“ujung tombak” dalam proses pendidikan, bahkan guru merupakan orang yang paling
bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Mengingat tugas dan tanggungjawab
guru yang begitu penting, sehingga pemerintah melindungi hak dan kewajiban guru
melalui Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Melalui
undang-undang ini diharapkan kinerja guru dapat meningkat yang juga diikuti
dengan meningkatnya kualitas pendidikan. Guru memegang peranan penting dan
strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan, sehingga kedudukannya sulit untuk
digantikan. Sedangkan hubungannya dengan pembelajaran, peran guru tidak dapat
digantikan oleh media lain, meskipun perkembangan teknologi dewasa ini terasa
sangat cepat dalam dunia pendidikan.
Tidak dipungkiri lagi bahwa profesi
guru saat ini menjadi harapan para generasi muda Indonesia dalam rangka
membentuk pribadi, sikap, dan kemampuan. Guru sekolah dasar mempunyai peranan
yang cukup sentral dalam mengembangkan karakter dan watak siswa. Hal ini
mengingat bahwa pada jenjang sekolah dasar siswa akan lebih banyak mencari dan
membentuk jati dirinya, sehingga sosok guru mutlak diperlukan untuk membantu
pembentukan tersebut. Guru sekolah dasar dituntut untuk mencintai sepenuh hati
pekerjaan dan para siswanya. Lebih lanjut Soegijono dalam Harsuki (2003: 98)
mengungkapkan bahwa ; Guru merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang turut menentukan kualitas lulusan.
Guru sekolah dasar lebih merupakan manusia model yang sedikit banyak akan
ditiru oleh para siswa baik sikap, gaya, maupun cara bicaranya. Di sinilah
perlunya sosok guru, yang mempunyai pola pikir kritis dan kreatif tinggi.
Semangat dan kreativitas kerja guru
sekolah dasar sangat diperlukan agar tercapainya tujuan pendidikan pada jenjang
ini. Penampilan guru sekolah dasar perlu memperhatikan perkembangan siswa didik.
Kinerja dan etos kerja para guru sekolah dasar harus dibentuk. Para guru sekolah
dasar harus bekerja sesuai dengan tanggungjawab dan kewajibannya, meskipun
kesejahteraan dirinya masih menjadi perhatian semua pihak. Hal ini berarti
bahwa guru sekolah dasar akan lebih banyak dituntut pengabdian tiada henti yang
ditunjukkan dengan kinerja yang baik selama melaksanakan tugas dan kewajibannya
itu. Kinerja yang tinggi para guru sekolah dasar akan berpengaruh pada
peningkatan kualitas proses pendidikan pada jenjang sekolah dasar sehingga para
siswa akan menjadi lulusan yang berkualitas pula terus berubah dari waktu ke
waktu.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana mutu pendidikan di sekolah pada masa
sekarang?
b.
Bagaimana peran guru dalam mengembangkan etos
kerja dan pola pikir yang kritis serta kreatif?
C.
Tujuan
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat
mengetahui hal-hal yang harus disiapkan mahasiswa jurusan pedagogik dalam
mengambil peran sebagai calon guru dalam meningkatkan mutu dunia pendidikan.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
penelitian dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagi
orang tua: Orang tua mengetahui dan mampu memberikan motivasi kepada
anak-anaknya untuk mengembangkan kemampuan belajarnya dikelas.
2. Bagi
peneliti: Memahami bahwa pendidikan khususnya untuk seorang guru sekolah dasar
sangat penting sekali , karena guru sekolah dasar adalah ujung tombak
pendidikan dalam suatu pembentukan karakter siswanya.
3. Bagi
masyarakat: Adanya pendidikan sekolah dasar sangat penting, karena pendidikan
sekolah dasae awal dari pembentukan karakter.
BAB
II
PEMBAHASAN
Definisi
berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara mereka masih
terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka itu
berbeda-beda, namun umunya para tokoh pemikir bersetuju bahwa pemikiran dapat
dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.
Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman
terhadap sesuatu, menerokai pelbagai kemungkinan idea atau ciptaan dan membuat
pertimbangan yang wajar, bagi membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan
seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami.
Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan
berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar.
Dalam
konteks pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan untuk beberapa
hal, diantaranya:
1. mendapat latihan berfikir
secara kritis dan kreatif untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah
dengan bijak, misalnya luwes, reflektif, ingin tahu, mampu mengambil resiko,
tidak putus asa, mau bekerjasama dan lain lain,
2. mengaplikasikan pengetahuan,
pengalaman dan kemahiran berfikir secara lebih praktik baik di dalam atau di
luar sekolah,
3. menghasilkan idea atau
ciptaan yang kreatif dan inovatif,
4. mengatasi cara-cara berfikir
yang terburu-buru, kabur dan sempit,
5. meningkatkan aspek kognitif
dan afektif, dan seterusnya perkembangan intelek mereka, dan
6. bersikap terbuka dalam
menerima dan memberi pendapat, membuat pertimbangan berdasarkan alasan dan bukti,
serta berani memberi pandangan dan kritik
Pengembangan
kemampuan berpikir mencakup 4 hal, yakni:
1. kemampuan menganalisis,
2. membelajarkan siswa
bagaimana memahami pernyataan,
3. mengikuti dan menciptakan
argumen logis,
4. mengiliminir jalur yang
salah dan fokus pada jalur yang benar (Harris, 1998).
Dalam
konteks itu berpikir dapat dibedakan dalam dua jenis yakni berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Bila dielaborasi perbedaan kedua jenis berpikr tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel
1: Perbandingan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif.
No
|
Berpikir Kritis
|
Berpikir Kreatif
|
1
|
Analitis
|
Mencipta
|
2
|
Mengumpulkan
|
Meluaskan
|
3
|
Hirarkis
|
Bercabang
|
4
|
Peluang
|
Kemungkinan
|
5
|
Memutuskan
|
Menggunakan
keputusan
|
6
|
Memusat
|
Menyebar
|
7
|
Obyektif
|
Subyektif
|
8
|
Menjawab
|
Sebuah
jawaban
|
9
|
Otak kiri
|
Otak kanan
|
10
|
Kata-kata
|
Gambaran
|
11
|
Sejajar
|
Hubungan
|
12
|
Masuk Akal
|
Kekayaan,
kebaruan
|
13
|
Ya, akan
tetapi....
|
Ya, dan
………
|
A.
Berpikir Kritis
Berpikir
kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah
contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya :
1.
membanding dan membedakan,
2.
membuat kategori,
3.
meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan,
4.
menerangkan sebab,
5.
membuat sekuen / urutan,
6.
menentukan sumber yang dipercayai, dan
7.
membuat ramalan.
Menurut
Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni :
1.
bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan
kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis,
2.
memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat
keputusan,
3.
menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk
menentukan dan menerapkan standar,
4.
mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai
sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Sedangkan
Beyer (1985) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan:
1. menentukan kredibilitas
suatu sumber,
2. membedakan antara yang
relevan dari yang tidak relevan,
3. membedakan fakta dari
penilaian,
4. mengidentifikasi dan
mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan,
5. mengidentifikasi bias yang
ada,
6. mengidentifikasi sudut
pandang, dan
7. mengevaluasi bukti yang
ditawarkan untuk mendukung pengakuan,
Menurut
Harris, Robert (1998) indikasi kemampuan berpikir kristis ada 13, yakni :
1. analytic,
2. convergent,
3. vertical,
4. probability,
5. judgment,
6. focused,
7. Objective,
8. answer,
9. Left brain,
10. verbal,
11. linear,
12. reasoning,
13. yes but.
Berpikir
kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka
mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah
berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang
difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang
harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik mengajukan pertanyaan yang
sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara
efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang
reliable dan terpercaya.
Berpikir
kritis itu menurutnya ada 16 karakteristik, yakni:
1. menggunakan bukti secara
baik dan seimbang,
2. mengorganisasikan pemikiran
dan mengungkapkannya secara singkat dan koheren,
3. membedakan antara kesimpulan
yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat,
4. menunda kesimpulan terhadap
bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,
5. memahami perbedaan antara
berpikir dan menalar,
6. menghindari akibat yang
mungkin timbul dari tindakan-tindakan,
7. memahami tingkat
kepercayaan,
8. melihat persamaan dan
analogi secara mendalam,
9. mampu belajar dan melakukan
apa yang diinginkan secara mandiri,
10. menerapkan teknik pemecahan
masalah dalam berbagai bidang,
11. mampu menstrukturkan masalah
dengan teknik formal, seperti matematika, dan menggunakannya untuk memecahkan
masalah,
12. dapat mematahkan pendapat
yang tidak relevan serta merumuskan intisari,
13. terbiasa menanyakan sudut
pandang orang lain untuk memahami asumsi serta implikasi dari sudut pandang
tersebut,
14. peka terhadap perbedaan
antara validitas kepercayaan dan intensitasnya,
15. menghindari kenyataan bahwa
pengertian seseorang itu terbatas, bahkan terhadap orang yang tidak bertindak
inkuiri sekalipun, dan
16. mengenali kemungkinan
kesalahan opini seseorang kemungkinan bias opini, dan bahaya bila berpihak pada
pendapat pribadi.
Metode
ilmiah merupakan metode paling ampuh yang pernah ditemukan manusia dalam rangka
mengumpulkan pengetahuan. yang relevan dan reliabel tentang alam. Metode non
ilmiah lebih mengarah pada emosi dan harapan umat manusia dan lebih mudah
dipelajari dan dipraktekkan daripada metode ilmiah. Meningkatkan pengajaran
metode ilmiah dan manifestasinya yang terkenal yaitu berpikir kritis.
Berpikir
kritis dapat diajarkan melalui:
1. perkuliahan,
2. laboratorium,
3. tugas rumah,
4. Sejumlah latihan,
5. Makalah, dan
6. ujian.
Dengan
demikian berpikir kritis dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan
mempertimbangkan:
1. siapa yang mengajarkan,
2. apa yang diajarkan,
3. kapan mengajarkan,
4. bagaimana mengajarkan,
5. bagaimana mengevaluasi, dan
6. menyimpulkan.
Sejumlah
tujuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah:
1. memberikan guru umum tentang
konsep dalam rangka mencapai tujuan melalui petunjuk yang membantu,
2. merancang pembelajaran
dengan menggunakan web dan isu yang bermanfaat,
3. memadukan berbagai hasil
guruan,
4. mendorong komunitas belajar
di dalam kelas,
5. menciptakan kesempatan
berpikir kritis yang menyenangkan dan relevan bagi siswa.
Sedangkan
strategi yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa antara lain adalah:
1. mengadakan alas penilaian
untuk memberikan final siswa. Menciptakan masalah merupakan 20% dari
keseluruhan nilai,
2. mendeskripsikan syarat
pelajaran secara mendetail sesuai silabus dengan menambah area online (alamat
website) yang dapat menyediakan akses informasi secara mudah,
3. memberikan orientasi
pelajaran,
4. instruktur memberi pendapat
untuk siswa dalam pemberian masalah lewat e-mail untuk memberi penguatan yang
positif, dan beberapa hasil pelajaran dipadukan setelah pembelajaran usai.
B.
Berpikir
Kreatif
Berpikir
kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu
yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan.
Mitchell Ditkoff, Direktur dari Idea
Champions, mengetengahkan tentang kualitas dari seorang inovator, dengan
ciri-ciri orang yang kreatif ialah sebagai berikut:
1.
Challenges status quo;
Tidak merasa cepat puas dengan
keadaan yang ada dan selalu mempertanyakan otoritas dan rutinitas serta mengkonfrontasikan
asumsi-asumsi yang ada.
2.
Curious
Senantiasa mengeksplorasi
lingkungannya dan menginvestigasi kemungkinan-kemungkinan baru, memiliki rasa
kekaguman (sense of awe)
3.
Self-motivated;
Tanggap terhadap kebutuhan
dari dalam (inner needs) senantiasa secara proaktif memprakarsai proyek-proyek
baru, menghargai setiap usaha.
4.
Visionary;
Memiliki imaginasi yang tinggi
dan memiliki pandangan yang jauh ke depan.
5.
Entertains the Fantastic
Memunculkan ide-ide “gila”,
memandang sesuatu yang tidak mungkin menjadi sebuah kemungkinan, memimpikan dan
menghayalkan sesuatu yang besar-besar.
6. Takes
Risks
Melampaui wilayah yang
dianggap menyenangkan, berani mencoba dan menanggung kegagalan.
7.
Peripatetic
Merubah lingkungan kerja
sesuai yang dibutuhkan, senang melakukan perjalanan (travelling) untuk
memperoleh inspirasi atau pemikiran segar.
8. Playful/
Humorous
Memliki ketertarikan terhadap
hal-hal yang aneh dan mengagumkan, berani tampil beda, bertindak nekad, serta
mudah dan sering tertawa layaknya seorang anak kecil.
9.
Self-accepting;
Mampu mempertahankan
ide-idenya dan menganggap “kesempurnaan sebagai musuh kebaikan”, tidak terikat
dengan apa-apa yang diipandang baik menurut orang lain.
10.
Flexible/adaptive
Terbuka bagi setiap perubahan,
mampu melakukan penyesuaian terhadap rencana-rencana yang telah dibuat,
menyajikan berbagai solusi dan gagasan
11. Makes
New Connections
Mampu melihat
hubungan-hubungan diantara unsur-unsur yang terputus, mensintesakan dan
mengkombinasikannya.
12.
Reflective
Menginkubasi setiap masalah
dan tantangan, mencari dan merenungkan berbagai pertimbangan dalam mengambil
keputusan.
13.
Recognizes (and re-cognizes) Patterns
Perseptif terhadap sesuatu dan
dapat membedakannnya, dapat melihat kecenderungan dan prinsip serta mampu
mengorganisasikannnya, dapat melihat ”the Big Picture.”
14.
Tolerates Ambiguity
Merasa nyaman dalam situasi
kacau (chaos), dapat menyajikan situasi paradoks, tidak tergesa-gesa
membenarkan terhadap suatu ide yang muncul.
15. Committed
to Learning
Berusaha mencari pengetahuan
secara terus menerus, mensintesakan segala in put, menyeimbangkan setiap
informasi yang terkumpul dan menyelaraskan setiap tindakan.
16. Balances
Intuition and Analysis
Memilih dan memilah diantara
pemikiran divergen dan pemikiran konvergen, memiliki intuisi tertentu sebelum
melakukan analisis, meyakini apa yang sudah dianalisis dan menggunakannya
secara hati-hati dengan menggunakan akal.
17.
Situationally Collaborative
Berusaha menyeimbangkan
pemikiran dari setiap individu, membuka pelatihan dan mencari dukungan
organisasi.
18. Formally
Articulate
Mengkomunikasikan
setiap gagasan secara efektif, menterjemahkan konsep abstrak ke dalam bahasa
penuh arti, menciptakan prototype atau model yang dianggap paling mudah
19.
Resilient
Merefleksi hal-hal dianggap
mengecewakan atau yang tidak dinginkan, belajar dengan cepat dari umpan balik,
berkemauan untuk mencoba dan terus mencoba lagi.
20.
Persevering
Bekerja keras dan tekun,
memperjuangkan gagasan-gagasan baru dengan gigih, memiliki komitmen terhadap
hasil-hasil yang telah digariskan.
Adapun Penelitian
Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya
1. sering menolak teknik yang
standar dalam menyelesaikan masalah,
2. mempunyai ketertarikan yang
luas dalam masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya,
3. mampu memandang suatu
masalah dari berbagai perspektif,
4. cenderung menatap dunia
secara relatif dan kontekstual, bukannya secara universal atau absolut,
5. biasanya melakukan
pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan yang memberikan
alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi
perubahan demi suatu kemajuan.
Marzano
(1988) mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif seseorang harus:
1.
bekerja di ujung kompetensi bukan ditengahnya,
2.
tinjau ulang ide,
3.
melakukan sesuatu karena dorongan internela dan bukan karena dorongan
eksternal,
4.
pola pikir divergen/ menyebar,
5.
pola pikir lateral/imajinatif.
Sedangkan
Haris (1998) dalam artikelnya tentang pengantar berpikir kreatif menyatakan
bahwa indikator orang berpikir kreatif itu meliputi:
1.
Ingin tahu,
2.
mencari masalah,
3.
menikmati tantangan,
4.
optimis,
5.
mampu membedakan penilaian,
6.
nyaman dengan imajinasi,
7.
melihat masalah sebagai peluang,
8.
melihat masalah sebagai hal yang menarik,
9.
masalah dapat diterima secara emosional,
10. menantang anggapan/ praduga,
dan
11. tidak mudah menyerah,
berusaha keras.
Dikatakanya
bahwa kreativitas dapat dilihat dari 3 aspek yakni sebuah kemampuan, perilaku,
dan proses.
a.
Sebuah kemampuan
Kreativitas
adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru,
menciptakan gagasan-gagasan baru baru dengan cara mengkombinasikan, mengubah
atau menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.
b.
Sebuah perilaku
Kreativitas
adalah sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan, kemampuan bermain-main
dengan berbagai gagasan dan berbagai kemungkinan, cara pandang yang fleksibel,
dan kebiasaan menikmati sesuatu.
c.
Sebuah proses
Kreativitas
adalah proses kerja keras dan berkesimbungan dalam menghasilkan gagasan dan
pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu berusaha untuk menjadikan
segala sesuatu lebih baik.
Selanjutnya
Harris juga menyatakan bahwa untuk dapat berpikir kreatif seseorang perlu
memiliki metode berpikir kreatif. Berbagai metode yang dapat dilakukan antara
lain:
1. evolusi, yakni
gagasan-gagasan baru berakar dari gagasan lain, solusi-solusi baru berasal dari
solusi sebelumnya, hal-hal baru diperbaiki/ditingkatkan dari hal-hal lama,
setiap permasalahan yang pernah terpecahkan dapat dipecahkan kembali dengan
cara yang lebih baik ,
2. sintesis, yakni adanya dua
atau lebih gagasan-gagasan yang ada dipadukan ke dalam gagasan yang baru,
3. revolusi, yakni gagasan baru
yang terbaik merupakan hal yang benar-benar baru, sebuah perubahan dari hal
yang pernah ada,
4. penerapan ulang, yakni
melihat lebih jauh terhadap penerapan gagasan, solusi, atau sesuatu yang telah
dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat dilihat penerapan lain yang mungkin dapat
dilakukan, dan
5. mengubah arah, yakni
perhatian terhadap suatu masalah dialihkan dari satu sudut pandang tertentu ke
sudut pandang yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan suatu masalah,
bukan untuk menerapkan sebuah pemecahan masalah
Pada
bagian lain dinyatakan bahwa perilaku negatif yang menghambat untuk berpikir
kreatif, diantaranya adalah:
a.
Oh tidak, sebuah masalah !
Reaksi
terhadap sebuah masalah seringkali lebih besar dari pada masalah itu sendiri.
Sebuah masalah adalah kesempatan dan tantangan untuk meningkatkan segala
sesuatu. Masalah adalah:
1.
perbedaan yang ada dengan keadaan yang diinginkan,
2.
menyadari atau mempercayai bila ada sesuatu yang lebih baik dari situasi
saat ini, dan
3. kesempatan untuk bertindak
positif.
b.
lni mustahil untuk dilakukan
Perilaku
seperti ini, seperti kalah sebelum bertarung. Beberapa ungkapan yang terkait
dengan ini :
1. manusia tidak akan pernah
terbang,
2. penyakit tak bisa
ditaklukan,
3. roket tidak akan keluar dari
atmosfir.
c.
Aku tidak bisa melakukannya atau tak ada yang bisa dilakukan
Pemikiran
yang baik dan perilaku yang positif serta kemampuan memecahkan masalah akan
melesat dalam memecahkan berbagai permasalahan. Untuk dapat melakukan hal ini
kuncinya adalah ketertarikan dan komitmen terhadap masalah itu sendiri.
d.
Tapi saya tidak kreatif
Masalahnya
ternyata bahwa kreativitas telah ditenggelamkan oleh guruan. Yang perlu
dilakukan adalah mengembalikan ke permukaan.
e.
Itu kekanak-kanakkan
Dalam
upaya kita untuk selalu tampil dewasa dan anggun, kita sering menganggap rendah
perilaku yang kreatif dan penuh permainan, yang pernah menandai masa
kanak-kanak kita sendiri. Terkadang orang tertawa karena memang ada yang lucu.
Tapi sering kali orang justru tertawa ketika mereka miskin akan imajinasi untuk
memahami situasi yang ada.
f.
Apa yang akan dipikirkan orang
Terdapat
tekanan sosial untuk menyesuaikan diri untuk menjadi orang biasa saja, bukan
menjadi orang kreatif. Hampir sebagian orang besar kontributor terkenal yang
membawa ke peradapan lebih maju dihina, bahkan dihukum. Kemajuan hanya
diciptakan oleh mereka yang cukup tegar untuk ditertawakan.
g.
Aku pasti gagal
Thomas
Edison, dalam risetnya untuk menemukan filamen yang dapat memijarkan lampu,
melakukan lebih dari 1800 kali percobaan. Kegagalan haruslah diharapkan dan diterima.
Kegagalan adalah alat untuk belajar yang dapat membantu menuju keberhasilan.
Gagal adalah pertanda bahwa kita melakukan sesuatu, berusaha dan mencoba-jauh
lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.
Sedangkan
hambatan mental terhadap berpikir kreatif dan pemecahan masalah, meliputi:
a.
Pransangka
Gambaran
yang kita miliki seringkali menghalangi kita untuk melihat lebih jauh dari pada
apa yang telah kita ketahui dan percayai, sehingga menjadikan sesuatu itu
mungkin ada dan mungkin teijadi.
b.
Pendapat fungsional
Terkadang
kita mulai melihat sebuah obyek hanya dari namanya, daripada melihat apa yang
bisa dilakukannya.
c.
Tak ada bantuan belajar
Jika
anda memerlukan informasi, ada perpustakaan, toko buku, teman, profesor dan
internet. Anda dapat belajar melakukan apapun yang anda inginkan.
d.
Hambatan psikologi
Apa
yang semula dianggap menjijikkan malah dapat membawa kepada solusi yang lebih
baik. Makan kadal mungkin terdengar tidak enak, tapi jika itu membuat anda
bertahan hidup di alam liar, itu merupakan solusi yang baik.
Untuk
dapat memiliki perilaku positif untuk berpikir kreatif maka pada setiap
individu siswa perlu ditumbuhkan sifat-sifat berikut:
a.
Rasa ingin tahu
Orang
kreatif ingin mengetahui segala hal- segalanya-hanya sekedar untuk ingin tahu.
Pengetahuan tidak membutuhkan alasan.
b.
Tantangan
Orang-orang
kreatif suka mengidentifikasi dan mencari tantangan di balik gagasan, usulan,
permasalahan, kepercayaan dan pendapat.
c.
Ketidakpuasan terhadap apa yang ada
Ketika
anda merasa tidak puas terhadap sesuatu, ketika anda melihat ada masalah,
akankah anda mencoba memecahkan masalah dan memperbaiki keadaan. Semakin banyak
masalah yang anda temui, semakin banyak pula pemecahan dan peningkatan yang
dapat anda buat.
d.
Keyakinan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan
Dengan
keyakinan dan didukung pengalaman, pemikir kreatif percaya bahwa sesuatu pasti
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah.
e.
Kemampuan membedakan keputusan dan kritik.
Sebagian
besar gagasan baru, karena masih baru dan asing, maka terlihat aneh, ganjil,
bahkan, menjijikkan. Sebuah gagasan mulai tampak bagus ketika sudah lebih
familiar atau dilihat dengan konteks dan batasan yang berbeda. Jika suatu
gagasan paling gila sekalipun dapat dipraktekkan sebagai batu loncatan, gagasan
tersebut efisien.
Untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, usaha yang baik
untuk lakukan oleh guru adalah dengan meningkatkan lingkungan belajar yang
kondusif dalam menunjang perkembangan kreativitas yakni lingkungan belajar yang
secara langsung memberi peluang bagi kita untuk berpikir terbuka dan fleksibel
tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, Hasoubah (2002) memberikan
gambaran situasi belajar yang dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi,
mendorong seorang untuk memberikan ide dan pendapat. Diskusi seperti ini harus
dilaksanakan sedemikian rupa di mana dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a.
Melakukan brainstorming
Brainstorming
adalah teknik yang bertujuan membantu kelompok kecil supaya dapat menghasilkan
ide yang bermutu. Ia berdasar pada sebuah konsep bahwa ide yang baik harus
dipisahkan dari penilaian atau evaluasi terhadap mutu ide tersebut. Karena itu,
di dalam brainstorming : (1) tidak ada kritik terhadap ide apapun, (2) ide
harus ditulis tanpa diedit, (3) ide yang liar, lucu, atau kurang berbobot dapat
diterima, (4) semua jenis saran dan pendapat sangat diharapkan, dan (5)
memberikan kontribusi berdasarkan pendapat dari orang lain dapat diterima
b.
Memakai cara SHEMAP
Berpikir
kreatif bisa menjadi sangat abstrak, karena itu sulit untuk melihat seseorang
melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian yang mengkaji fenomena ini seperti
Universitas Negeri Iowa yang mengembangkan model HOTS (higherorder-thinking-skills
atau kemampuan berpikir tingkat tinggi) sebagai mana dipaparkan Housobah (2002)
menyebutkan bahwa berpikir kreatif tidak dapat dilihat, tetapi produk/hasil
dari berpikir kreatif tersebut dapat di lihat. Dengan model HOTS ini seseorang
dapat melangkah dari tingkatan ilmu yang sangat dasar kepada tingkatan ilmu
umum (generative) yang dianggap sebagai suatu yang diciptakan dan baru. Maka
kalau ilmu umum telah dihasilkan berarti proses berpikir kreatif telah terjadi.
Dari
model HOTS ini, selanjutnya Hosaubah mengembangkan metode SHEMAP (Spekulasi-
Hipotesis‑ Ekspansi- Modifikasi- Analogi‑ Prediksi). Sebagai contoh, ketika
seseorang berspekulasi, apa manfaat mengambil mata kuliah di jurusan, Teknologi
Guruan?. Pola pikir berspekulasi untuk mencari jawaban dari pernyataan tersebut
adalah pola mengembangkan dan memodifikasi dalam bentuk cerita, hal ini bisa
menghasilkan ide baru. Kalau dia harus membuat hipotesis terhadap apa yang akan
terjadi seandainya rencana "pengambilan sidik jari oleh aparat keamanan
terhadap para santri di pesantren yang dianggap menjadi sarang teroris",
tindakan membuat hipotesis dan prediksi dapat menghasilkan ide yang baru.
Terakhir adalah membuat analogi dan kreativitas. Ungkapan seperti ini "
senyum Anda memberikan kehangatan sekaligus memberi sinar harapan bagi diri saya".
Dengan membuat analogi senyum ibarat kehangatan secara jelas menjadikan
seseorang berpikir kreatif.
c.
Berpikir spasial
Seseorang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan (melakukan aktivitas)
berpikir spasial. Berpikir spasial adalah berpikir dengan cara mengubah ide
yang ditulis dalam bentuk prosa ke non prosa. Misalnya sebuah konsep atau teori
yang ditulis dalam teks diubah menjadi sebuah diagram. Usaha mengubah forma
atau penyajian ide, konsep, dan deskripsi keadaan tertentu sesuangguhnya
merupakan sebuah kreativitas. Dengan menggunakan teknik brainsorming, SHEMAP,
dan berpikir spasial akal seseorang dapat menjelajahi teritorial/wilayah yang
tidak diketahui, “yang dengan sendirinya akan membangun kreativitas dan
menjadikannya seorang pemikir kreatif”.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pekerjaan guru sudah disejajarkan dengan pekerjaan
profesional, sehingga guru harus memiliki perilaku-perilaku profesional termasuk
pola pikir yang harus kritis dan kreatif. Oleh karena itu, peningkatkan kinerja
profesional guru pendidikan sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian dari
berbagai pihak agar terciptanya guru pendidikan sekolah dasar yang memiliki
kompetensi kepribadian yang profesional. Peningkatan kinerja dam pengembangan
pola pikir kreatif dan kritis seorang guru pendidikan harus terus dilanjutkan
dan dilakukan seperti: program sertifikasi, pelatihan dan pendidikan yang
berkelanjutan, serta berbagai program supervise lainnya.
Sehingga dari uraian diatas kita
selaku mahasiswa diharapkan bias mempersiapkan diri berperan menjadi seorang
pendidik (guru) yang berkinerja baik serta selalu mengembangkan pola pikir
kritis dan kreatif dalam berinovasi belajar.
B. SARAN
Saran
saya sebagai seorang calon pendidik khususnya disekolah dasar adalah
menciptakan inovasi pembelajaran yang berparadigma baru dan metode-metode yang
efektif, agar terciptanya suasana KBM yang efektif dan kondusif, serta
pemahaman materi yang sanagt luas agar terciptanya manusia yang cerdas dan
berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Azharmind.com.20 Ciri Orang Kreatif. 14
Nopember 2013 16:34. tersedia di : http://thinksmart.com/articles/qualities.html
Beyer, B.K. 1985. Critical Thinking: What is It? Social Education,
45 (4)
Brookfield- 1987. Developing Critical Thinkers. San Fransisco:
Jossey Bass Publiser
Dimyati. 1988. Landasan Keguruan Suatu Pengantar Pemikiran Keilmuan
Tentang Kegiatan Guruan. Dirjen Guruan Tinggi. Depdiknas.
Dimyati. 1996. Guruan Keilmuan di Indonesia: Suatu, Dilema Pengajaran dan
Penelitian. Jurnal Guruan Humaniora dan Sains. September. 2(1&2)
Drost, 2000. Reformasi Pengajaran: Salah Asuhan Orang Tua, Jakarta.
Gramedia Widisarana, Indonesia
Gie,The Liang. 2003. Teknik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda
Persada Yogyakarta.
Hossoubafi,Z. Develoving Creative and Critical Thinking Skills
(terjemahan) . 2004. Bandung: Yayasan Nuansa Cendia
Kamdi, W. 2002. Mengajar Berdasarkan Model Dimensi Belajar. Gentengkali:
Jurnal Guruan Dasar dan Menengah. 4 (5 dan 6): 29-35
Marzano. 1988. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and
Instruction. Alexandria, Va: ASCD
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Perkins,D.N. & Weber,R.J. 1992. Inventive Mind: Creative in
Technology. New York: University Press
Rahmat, J. 2005. Belajar Cerdas: Belajar Berbasis Otak. Bandung:
Mizan Leraning Center (MLC)
Robert. 1998. Introduction to Creative Thinking. July (1). Virtual
Salt.
Slavin. 1997. Educational Psycology Theory and Practice. Five
Edition. Boston: Allin and Bacon
Soetjipto dan Kosasi, R. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.