BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad S.A.W
melalui malaikat Jibril, sebagai sumber ajaran agama Islam. Keberadaan kebenaran
Al-Qur’an tidak boleh diragukan lagi
oleh setiap muslim. Karena Al-Qur’an adalah pedoman bagi seluruh
manusia yang menjadi acuan umat muslim untuk menempuh jalan yang lurus Barangsiapa yang meragukan Al-Qur’an,
maka disebut kafir.
Surat Al-Baqarah terdiri dari 286 ayat dan termasuk dalam
Surat Makiyyah, sedangkan Al-Ghasiyah terdiri dari 26 ayat dan termasuk dalam
Surat Makiyyah. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 44 ini menjelaskan bahwa apabila
hendak menyuruh orang lain untuk berbuat kebaikan, hendaklah ia memperhatikan
dirinya terlebih dahulu agar tidak terlupakan. Sedangkan dalam Surat
Al-Ghasiyah ayat 17 menjelaskan tidakkah kita memperhatikan bagaimana unta
diciptakan. Manusia hidup di atas bumi ini semua
memiliki akal, dengan akal pada hakekatnya manusia bisa membedakan antara yang
benar dan yang salah, itu idealnya dan itu juga yang menjadi tolak ukur manusia
hidup.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
isi dari Surat
Al-Baqarah ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17?
2. Adakah
asbabun nuzul dari Surat Al-Baqarah
ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17?
3. Apa
tela’ah tafsir dari Surat Al-Baqarah
ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17?
4. Bagaimana
kajian keilmuan dalam
Surat Al-Baqarah ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17?
5. Apa
saja hadits-hadits yang menunjang
Surat Al-Baqarah ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui isi dari Surat Al-Baqarah ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17
2. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya asbabun nuzul (sebab-sebab diturunkannya
ayat-ayat) pada Surat Al-Baqarah
ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17
3. Untuk
mengetahui tela’ah tafsir dari Surat
Al-Baqarah ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17
4. Untuk
mengetahui kajian keilmuan dari Surat
Al-Baqarah ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17
5. Untuk
mengetahui hadits-hadits yang menunjang dari
Surat Al-Baqarah ayat 44 dan Surat Al-Ghasiyah ayat 17
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Surat yang Dikaji
Ø Surat dan Terjemahan Al-Baqarah ayat 44
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan)
kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca
Al-Kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir?”
Ø
Surat dan Terjemahan Al-Ghasiyah ayat 17
“Maka tidakkah mereka memperhatikan
unta, bagaimana diciptakan?”
2.2 Kandungan
Ayat
Ø Surat
Al-Baqarah ayat 44
Allah bertanya “Wahai
sekalian ahli kitab, apakah pantas kalian menyuruh manusia untuk berbuat
kebajikan, sedang kalian malupakan diri kalian sendiri? Kalian tidak
melaksanakan apa yang kalian perintahkan kepada mereka padahal kalian membaca
Al Kitab dan mengetahui kandungannya berupa ancaman bagi orang yang mengabaikan
perintah-perintah Allah?Apakah kalian tidak memikirkan apa yang kalian lakukan
untuk diri kalian itu, hingga kalian terjaga dari tidur dan mata kalian terbuka
dari kebutaan?
Tujuan Allah S.W.T mencela
mereka atas perbuatan tersebut. Dan memperingatkan kesalahan mereka berkenaan
dengan hak diri mereka, yakini menyeru kepada kebaikan namun mereka sendiri
tidak melaksanakan kebaikan itu. Jadi yang dicela bukanlah usaha mereka menyeru
kepada kebaikan, karena hal itu termasuk perbuatan baik dan wajib atas
seseorang yang berilmu. Akan tetapi yang lebih wajib dan lebih layak adalah
mengerjakan kebajikan bersama orang-orang yang ia seru dan tidak menyelisihi
mereka.
Ø Surat
Al-Ghasiyah ayat 17
Memperhatikan bagaimana
unta diciptakan adalah perintah untuk
memikirkan keluhuran dan keajaiban ciptaan Allah. Unta merupakan hewan yang
sangat kuat walaupun begitu, ia tunduk membawa beban yang berat dan menuruti
penuntunnya yang lemah. Unta disini karena mayoritas hewan tunggangan bangsa
Arab.
2.3 Asbabun Nuzul
Ø
Surat Al-Baqarah ayat 44
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa turunnya Surat Al-Baqarah ayat 44 tentang seorang Yahudi
Madinah yang pada waktu itu berkata kepada menantunya, kaum kerabatnya dan
saudara sesusunya yang telah masuk agama Islam. “Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam)
dan apa apa yang diperintahkan oleh Muhammad, karena perintahnya benar”. Ia
menyuruh orang lain berbuat baik, tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya.
Ayat ini dibuat sebagai peringatan kepada orang yang melakukan perbuatan
seperti itu.
Diriwayatkan oleh
Al-Wahidi dan Ats-Tsa’labi, dari Al-Kalbi dari Abu Shalih yang bersumber dari
Ibnu Abbas.
Ø Surat
Al-Ghasiyah ayat 17
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa ketika Allah S.W.T melukiskan ciri-ciri surga, kaum-kaum
sesat merasa heran. Maka Allah menurunkan Surat Al-Ghasiyah ayat 17 ini sebagai
perintah untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban ciptaan Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Qatadah.
2.4 Telaah Tafsir
Ø Tafsir Surat Al-Baqarah
ayat 44
“Mengapa kamu menyuruh
orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri,
padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir?”
Dalam sebuah riwayat dikemukakan bahwa ada seorang Yahudi
Madinah yang pada waktu itu berkata kepada menantunya, kaum kerabatnya dan
saudara sesusunya yang telah masuk agama Islam. “Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam)
dan apa apa yang diperintahkan oleh Muhammad, karena perintahnya benar”.
Terhadap merekalah ayat ini turun, demikian menurut satu pendapat. Ayat ini
dapat juga mencakup kasus lain, yakni diantara Bani Israil ada yang menyuruh
berbuat aneka kebajikan, seperti taat kepada Allah, jujur, membantu orang lain,
dan sebagainya. Tetapi mereka sendiri durhaka, menganiaya, dan khianat.
Terhadap mereka juga ayat ini ditujukan. Tindakan demikian jelas merupakan
tindakan yang buruk, padahal kalian membaca kitab suci, yakni Taurat yang
mengandung kecaman terhadap mereka yang hanya pandai menyuruh tanpa
mengamalkan. Tidakkah kalian memiliki kendali yang menghalangi diri kalian
terjerumus dalam dosa dan kesulitan?
Kata
( ) al-birr berarti kebajikan dalam segala hal, baik dalam hal
keduniaan, maupun akhirat. Sementara ulama menyatakan bahwa al-birr mencakup tiga hal, yaitu
kebajikan dalam beribadah kepada Allah s.w.t, kebajikan dalam melayani
keluarga, dan kebajikan dalam melakukaninteraksi dengan orang lain. Demikian
Thahir Ibn ‘Asyur. Apa yang dikemukakan itu belum mencakup semua kebajikan
karena agama menganjurkan hubungan yang serasi dengan Allah, sesama manusia,
lingkungan, serta diri sendiri. Segala sesuatu yang menghasilkan keserasian
dalam keempat unsur tersebut adalah kebajikan.
Kata
( ) anfusakum adalah bentuk jamak dari kata ( ) nafs.Ia
memiliki banyak arti antara lain totalitas diri manusia, sisi dalam manusia,
atau jiwanya. Yang dimaksud disini adalah diri manusia sendiri.
Ayat
ini mengandung kecaman pada setiap penganjur agama yang melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan apa yang dianjurkannya. Ada dua hal yang disebut oleh ayat
ini yang seharusnya mengalami pemuka-pemuka agama itu melupakan diri mereka.
Pertama, bahwa mereka menyuruh orang lain berbuat baik. Seseorang yang
memerintahkan sesuatu pastilah dia mengingatnya. Sungguh aneh bila mereka
melupakannya. Kedua, mereka membaca kitab suci. Bacaan tersebut seharusnya
mengingatkan mereka, tapi ternyata keduanya tidak mereka hiraukan sehingga
sungguh-sungguh mereka dikecam.
Walaupun
ayat ini turun dalam konteks kecaman pada para pemuka Bani Israil, ia tertuju
pula kepada setiap orang terutama para mubaligh dan para pemuka agama. Dakwah
adalah ucapan dan perbuatan, kalau arah perbuatan berlawanan dengan arah ucapan
maka itu bukan lagi dakwah yang direstui Allah, bahkan ia telah mengundang
murka Allah.
Ø Tafsir Surat Al-Ghasiyah
ayat 17
“Maka tidakkah mereka memperhatikan
unta, bagaimana diciptakan?”
Ayat ini menjelaskan bahwa
unta merupakan hewan yang mengagumkan dan struktur tubuhnya yang unik. Unta
merupakan hewan yang sangat kuat walaupun begitu, ia tunduk membawa beban yang
berat dan menuruti penuntunnya yang lemah. Dagingnya bisa dimakan, bulunya bisa
dimanfaatkan dan susunya bisa diminum. Penyebutan unta disini karena mayoritas hewan
tunggangan bangsa Arab.
Syuraih berkata “Mari kita
keluar memperhatikan bagaimana unta diciptakan, dan bagaimana langit
ditinggikan?Yakni bagaimana Allah meninggikannya dari muka bumi ini dengan cara
yang menakjubkan. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Qaaf ayat 6. Disini
diarahkan untuk memperhatikan apa yang disaksikan dan menjadikannya sebagai
dalil yang menunjukkan kekuasaan Allah, salah satunya yakni penciptaan unta
yang menjadi tunggangan.
2.5 Kajian Keilmuan
Ø Surat
Al-Baqarah ayat 44
Ayat ini bukan berarti
bahwa seseorang yang tidak mengerjakan kebajikan yang diperintahkannya otomatis
dikecam Allah. Tidak!! Ia baru dikecam apabila melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan anjurannya. Ia juga dikecam apabila tidak mengingatkan dirinya sendiri
tentang perlunya melaksanakan apa yang diperintahkannya itu. Jika ia telah
berusaha mengingatkan dirinya, dan ada pula keinginan untuk melaksanakannya,
tidaklah wajar ia dikecam, walau seandainya ia belum melaksanakan tuntunan-tuntunan
yang disampaikannya. Dari ayat tersebut ada 4 poin yang dapat dipetik :
1. Orang yang memerintahkan orang lain untuk berbuat
makruf, hendaknya dirinya sendiri melakukan makruf.
2. Bila diri kita sendiri yang membuat diri kita
lupa, maka kita tidak akan dimaafkan oleh Allah. Lupa bisa dimaafkan jika kita
tidak sengaja.
3. Membaca Al-Qur’an saja belum cukup tapi harus
memikirkannya.
4. Lupa itu sendiri menunjukkan kurangnya akal.
Jadi, mengerjakan kebajikan tidak
semudah mengucapkannya, menghindari larangan pun banyak hambatannya. Karena
itu, lanjutan ayat tersebut menuntun dan menuntun bukan saja para pemuka agama
Yahudi tetapi seluruh manusia agar membekali diri dengan kesabaran dengan doa
Ø Surat Al-Ghasiyah
ayat 17
Ayat ini menjelaskan tentang untuk apa penciptaan unta
dilakukan. Syuraih berkata “Mari kita keluar memperhatikan bagaimana unta
diciptakan, dan bagaimana langit ditinggikan?Yakni bagaimana Allah
meninggikannya dari muka bumi ini dengan cara yang menakjubkan. Sebagaimana
firman Allah dalam Surat Qaaf ayat 6. Jadi, diisini diarahkan untuk
memperhatikan apa yang disaksikan dan menjadikannya sebagai dalil yang
menunjukkan kekuasaan Allah, salah satunya yakni penciptaan unta yang menjadi
tunggangan.
2.6
Hadits yang Menunjang
1.
Barangsiapa yang
melapangkan kesusahan (kesempitan) untuk seorang mukmin di dunia maka Allah
akan melapangkan baginya kesusahan dari kesusahan hari kiamat dan barangsiapa
yang memudahkan kesusahan seseorang maka Allah akan memudahkan baginya dunia
akhirat.(H.R. Muslim)
2.
Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka
Allahakan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah selalu menolong hamba
yang suka menolong kawannya.(H.R. Muslim)
3.
Janganlah kamu
menjadi orang yang “ikut-ikutan” dengan mengatakan “Kalau orang lain berbuat
kebaikan, kami pun akan berbuat kebaikan dan kalau mereka berbuat dzalim, kami
pun akan berbuat dzalim”. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip. “Kalau
orang lain berbuat kebaikan maka kami berbuat kebaikan pula, dan jika orang
lain berbuat kejahatan maka kami tidak akan melakukannya”. (H.R. Tirmidzi)
4.
Orang yang memberi
petunjuk kepada kebaikan sama pahalanya seperti orang yang melakukannya. (H.R.
Bukhori)
5.
Orang yang paling
berat disiksa pada hari kiamat ialah orang yang dipandang ada kebaikannya
padahal sebenarnya tidak ada kebaikannya sama sekali (H.R. Dailami)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari kedua ayat yang dijelaskan dalam makalah ini,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
mengerjakan kebajikan tidak semudah mengucapkannya, menghindari larangan pun
banyak hambatannya. Dan setiap manusia hendaknya berpikir dan memberikan contoh
terlebih dahulu sebelum memerintahkan kepada orang lain. Kemudian kita harus
memperhatikan apa yang disaksikan dan menjadikannya sebagai dalil yang
menunjukkan kekuasaan Allah, salah satunya yakni penciptaan unta yang menjadi
tunggangan.
3.2
Saran
Dengan
penulisan makalah ini, penulis berharap kepada:
1. Semua umat muslim untuk menaati semua perintah dan
menjauhi larangan yang ada dalam Al-Qur’an, serta menjadikan Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup.
2. Khususnya untuk para
pembaca, semoga bisa berpikir dan memberikan contoh terlebih dahulu sebelum
memerintahkan kepada orang lain. Kemudian kita harus memperhatikan apa yang
disaksikan dan menjadikannya sebagai dalil yang menunjukkan kekuasaan Allah.
3. Para penulis makalah selanjutnya diharapkan
dapat melengkapi pembahasan jauh lebih lengkap dan jelas
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Huda, 2005. Mushaf
Al-Qur’an terjemah. Jakarta : Al-Huda
Bakri, Umar. Tafsir
Madrasi Juz 1. Gontor Ponorogo
Hajar Al-‘Asqolani, Hafid. Bulughul Maram min Adillatil ahkam. Surabaya
Katsir, Ibnu. Shahih
Tafsir Juz 1
Shihab, M Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah volume 1. Jakarta : Lentera Hati