Si Indonesia Cerdas -
Yeay masih dalam tajuk kangen posting Cerpen. sekali lagi saya akan posting
cerpen karya Indri Aprilia. Cerpen ini adalah cerpen kedua yang dibuat sekitar
3-4 tahun ketika penulis masih sekolah jenjang SMA kelas X. Langsung aja
silahkan baca cerpenya, berjudul "Semangat Parwan". Oke! Cekidot...
Semangat Parwan
Karya: Khindila (Indri Aprilia)
Di Sebuah Desa terpancil
jauh dari keramaian kota, Disinilah aku tinggal. Orang tua ku memberi namaku
Parwan Sugiawan,aku terbiasa dengan panggilan Awan,aku duduk di kelas 2 Sekolah
Menengah Atas. Sekolahku terbilang sekolah terfavorit. Aku mendapat beasiswa
sehingga bisa masuk ke Sekolah mewah itu. Aku orang yang cukup pendiam,pemalu dan
lahir dari keluarga yang sederhana tetapi aku tidak akan terpuruk dengan
keadaan. Ayahku adalah seorang buruh tani biasa dan Ibu adalah seorang ibu
rumah tangga,walaupun keluargaku tak mampu,tetapi kedua orangtuaku ingin
menyekolahkanku dan ketiga adikku,mereka bekerja keras demi membiayai sekolah
kami.
Melihat keadaan ini,
semangatku untuk mencari ilmu dan keinginan untuk merubah nasib keluargaku selalu
berkobar tak akan pernah padam, dan aku selalu ingat pesan Ayah “Nak jadilah
kau orang yang pintar agar pekerjaanmu tak sama seperti Ayahmu ini yang selalu
di hina orang “.Seakan-akan pesan Ayah selalu mengingatkanku setiap waktu,
kapanpun dan di mana pun.
Aku bangga pada ayah, ia
yang bekerja banting tulang tak kenal lelah demi mencukupi kebutuhan
keluargaku, terutama sekolahku dan ketiga adiku yang masih duduk di Sekolah
Dasar. Terkadang aku selalu membantu ayah bekerja di Sawah jika ada waktu
libur. Hampir setiap hari Ayah dan Ibu Berpuasa sunah, alasan mereka karena
ingin berhemat sedikit.
Minggu depan semua Siswa
akan melaksanakan UAS, aku akan berusaha belajar secara maksimal agar
mendapatkan nilai yang memuaskan pula. Jarak dari rumah ke Sekolah sekitar 9 Km,
sehingga memakan waktu 2 jam lebih untuk ke Sekolah. Karena ditempuh dengan
berjalan kaki setiap hari,aku berangkat dari rumah sekitar pukul 05.00
WIB.Dikelas aku selalu seruis mengikuti pelajaran ,apalagi pelajaran Biologi.
Di Sekolah akupun seperti remaja normal lainnya, aku terkena virus merah jambu
kepada gadis yang bernama Intan, ia sangat cantik pintar pula.Bila menatap
matanya aduhai ….Detak jantung ku bergemuruh kencang tak bisa bertingkah
apapun,tetapi aku selalu merasa malu dan tak berani bila aku harus jujur
tentang perasaanku pada Intan,terpaksa ku redam rasa ini sampai muncul dua
jerawat sukaligus di pipi kanan ku.
Sepulang Sekolah aku
selalu membuka kembali buku pelajaran yang tadi di bahas di Kelas dan itu
menjadi rutinitasku setiap hari. Besok adalah hari pertama UAS aku belajar
semalaman penuh untuk besok nanti, dan tak terasa aku sudah tertidur pulas di
meja tempat belajarku. Pukul 03.00 WIB aku bangun dan langsung mengambil wudhu
untuk Shalat Tahajud….Memohon agar di berika Kelancaran dalam mengisi soal-soal
UAS hari ini.
Dalam waktu satu minggu
aku mengisi soal soal ujian dengan mudah, itu semua berkat usaha kerasku
belajar setiap hari, semoga ini akan memberikan nilai yang memuaskan bagiku,
Ayah dan Ibu.
Lusa adalah hari pembagian
Raport akhir Semester, tak sabar menunggu satu hari rasanya seperti menunggu
satu tahun lamanya.
Pembagian Raport tiba, aku
meminta Ayah sebagai wali murid. Dengan menunggangi sepeda butut peninggalan Kakek dulu.Tiba di Sekolah, mataku
langsung tertuju pada mobil-mobil mewah yang berjajar di parkiran Sekolah, aku
langsung menuju ke Aula, tak sia-sia ternyata aku menjadi nomor satu di
Sekolah. Bulir-bulir bening jatuh di kedua pipi ku, Ayah memeluk ku erat aku
merasa senang dan bangga.
Aku pulang dengan membawa
hasil yang memuaskan. Ingin segera aku beritahu Ibu “ Ibu aku mendapat
juara umum di Sekolah “Ucapku sambil memancarkan wajah yang sangat ceria “
Alhamdulillah Ibu sangat bangga pada mu Nak ”.
Akhir-akhir ini Ayah
sering sakit-sakitan keluargaku tak mampu membayar biaya rumah sakit, tiba-tiba suara sepeda motor
menghampiri rumahku, aku segera membuka pintu untuk mengetahui siapa yang datang.
Ternyata itu adalah pak Pos, dia memberikan surat untukku “ De
ini ada surat untuk Parwan Sugiawan “ cakap pak Pos, “ Terima kasih Pak “ ,
jawabku dan segera ingin mengetahui isi surat itu.
Segera ku buka amplop
surat itu dan ternyata aku mendapatkan Beasiswa di Universitas Indonesia
Jakarta. Tak pernah terbayangkan olehku, ini adalah kabar baik yang harus ku
sampaikan pada Ayah dan Ibu. Mereka sangat senang dengan berita yang aku
sampaikan ini.
Aku ingin mengambil Fakultas
Kedokteran,alangkah senangnya aku Sekolah SMA hanya ku tempuh selama Dua Tahun,
setelah itu langsung berlanjut ke Universitas, tetapi akhir-akhir ini aku
khawatir dengan keadaan Ayah yang sering sakit-sakitan,yang semakin membuat
keluarga ku menderita. Besok aku harus ke Jakarta untuk mempersiapkan kuliah di
sana, karena sama sekali aku belum pernah ke Jakarta, aku di antar Guruku untuk
menemaniku, setelah selesai aku langsung pulang, dan di depan gerbang kampus
aku melihat paman yang sedang menunggu, hatiku bertanya- tanya dan bergegas
menghampirinya “Ada apa Paman ?” tanya
ku penasaran “ Awan Ayah mu… Ayah mu..siang tadi telah di panggil Yang Maha
Kuasa “.
Aku hanya berdiam diri tak
tahu apa yang harus kulakukan, bibirku kaku bulir-bulir bening kembali menetes
di pipiku,aku hancur,ingin aku peluk ia untuk yang terakhir kali nya, tubuhku
lemas tak berdaya. Perjuangan Ayah selama ini membuatku berhasil masuk
perguruan tinggi negri seperti sekarang ini. Aku ingin sekali ayah melihat aku
sebagai seorang Dokter. Tiba di rumah kulihat bendera Kuning di depan rumah,
tak berani aku masuk ke dalam, air mata kembali membasahi pipiku di dalam
terlihat ibu yang sedang menangis sambil memeluk Ayah yang sedang terbujur kaku
dan terbalut kain kafan.
Hari-hari penuh dengan air
mata tetapi aku tak bisa terus lemah, aku harus semangat bangkit dari keadaan ini. Aku harus dapat
menggantikan posisi Ayah sebagai tulang punggung keluarga. Semangat Untuk
menuntut ilmu, semangat untuk merubah nasib keluarga ini ……!!
***