Sejak kemerdekaan
bahasa Inggris sudah diajarkan dan masuk kurikulum sekolah dasar. Dalam rentang
waktu sampai dengan sekarang, Pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar masih menjadi muatan lokal. Hal tersebut
dikarenakan banyak kalangan yang tidak menyetujui pembelajaran bahasa Inggris
di level sekolah dasar atau taman kanak-kanak dengan berbagai alasan.
Alasan yang
dikemukakan sebagian besar memang mengandung kebenaran, tetapi tuntutan
masyarakat yang menghendaki bahasa Inggris masuk dalam kurikulum sekolah dasar
tidak bisa diabaikan karena adapula kalangan yang mendukung hal tersebut.
Dikarenakan pentingnya penggunaan bahasa Inggris dalam pergaulan dunia. Maka kebijakan
bahasa Inggris harus tetap diperkenalkan dimulai dari sekolah dasar.
Prinsip-prinsip Pembelajaran
Bahasa Inggris. Adapun prinsip dasar pembelajaran Bahasa Inggris di SD,
adalah sebagai berikut:
Kemampuan memahami
sekitar
Penggunaan permainan
dan gerak fisik
Pembelajaran secara
tidak langsung (indirect Learning)
Pengembangan
imajinasi
Pengaktifan seluruh
indera
Kegiatan pembelajaran
yang berganti-ganti setiap waktu
Perlunya penguatan
melalui pengulangan
Perlunya pendekatan
kepada siswa secara individu
Pembelajaran pada anak-anak yang efektif sebaiknya mengingatkan
terjadinya pemerolehan bahasa (Language Acquisition) bukannya pembelajaran
bahasa (Languange Learning). Mekanisme pemerolehan bahasa ini dilakukan dengan
cara memberikan limpahan kesempatan untuk menggunakan bahasa sebagai alat untuk
menciptakan makna dan berbagi makna dan dengan memberikan penguat (scaffolding)
untuk membantu anak-anak berfungsi secara komunikatif dalam waktu
pertumbuhannya. Oleh karena itu pengajaran dan pembelajaran yang efektif mesti
melibatkan komunikasi alami antara siswa dan guru, antara siswa dan siswa dan
juga berbasis kegiatan yang berupa kegiatan belajar. Pembelajaran yang efektif
juga harus memberikan limpahan cara cara bagi siswa untuk bisa menggunakan
bahasa yang sesuai dengan usianya.
Anak-anak adalah anak-anak, bukan orang dewasa mini. Mereka bukan orang
dewasa seperti kita. Anak-anak memiliki karakter, aspirasi kebutuhan dan
kemauan yang berada dengan orang dewasa dan hal tersebut adalah sesuatu yang
alamiah.
Maka berdasarkan kondisi tersebut, Implikasi
Landasan dan Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Inggris di SD, maka
sebaiknya pembelajaran dilaksanakan berbasis prinsip-prinsip berikut:
Guru harus
menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan serta memberikan posisi pada
siswa untuk aktif.
Guru harus bisa
membantu siswa mengembangkan serta melatih menggunakan bahasa melalui
serangkaian kerjasama.
Guru harus bisa
menggunakan kegiatan belajar yang terencana,terorganisir, berdimensi banyak dan
dikembangkan berbasis tema.
Guru harus bisa
memberikan input pembelajaran yang bermakna dengan tindakan yang mendukung
pembelajaran (Scaffolding).
Guru harus bisa
membuat pelajaran bahasa Inggris dan pelajaran bahasa Indonesia serta
budayannya yang saling melengkapi dan menguatkan.
Guru harus bisa
mengintegrasikan bahasa Inggris dengan pengetahuan lain yang sesuai dengan usia
siswa.
Guru harus memberikan
pemahaman tentang tujuan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan jelas dan
apabila siswa telah menunjukkan keberhasilannya, guru perlu memberikan umpan
balik yang memadai.
Agar lebih mudah mengingat prinsip-prinsip tersebut, dengan
adanya 7R yang dikemukakan oleh Read (2005), yaitu: Relationship, Rules,
Routines, Rights, Responsibilities, Respect dan Rewards. (baca selengkapnya di
rahayugita.blogspot.com)
Struktur Kurikulum
dan Standart Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Struktur Kurikulum dan Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa Inggris mengacu pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas. Dimana Mata Pelajaran Bahasa Inggris berkedudukan hanya sebagai
Muatan Lokal.
Standar kompetensi
mata pelajaran Bahasa Inggris adalah progam untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan bahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Inggris.
Ruang lingkup standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa Inggris di SD terdiri dari aspek: listening, speaking, reading, dan writing.
Hakikat Pembelajaran Bahasa
Inggris
Sebagai muatan lokal, bahasa Inggris merupakan
bahasa asing yang dipelajari setelah bahasa ibu. Dengan kata lain,
pengaplikasian serta alokasi waktu yang diberikan ditingkat sekolah dasar tidak akan melebihi pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai bahasa ibu. Kemudian, bahasa Indonesia itu sendiri tetap
digunakan sebagai bahasa pengantar pada mata pelajaran lain kecuali pada
sekolah berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Melalui sejumlah
pengamatan, secara umum, peserta didik di kelas 1-3 terlihat antusias terhadap
pembelajaran bahasa Inggris selama pembelajaran tersebut tidak keluar dari
patokan yang diberikan di dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan,
yakni memberikan materi sesuai tingkat literasi performative. Kenyataannya, tes
sering menjadi tujuan utama dalam pembelajaran bahasa Inggris serta banyak guru
yang mengutamakan tes dalam proses pembelajaran. Guru juga sering terjebak dan
terpaku pada buku bahasa Inggris dari penerbit, sehingga tujuan pembelajaran
bahasa Inggris seringkali melenceng dari tujuan semula. Selain itu, seharusnya
pembelajaran lebih ditekankan pada kosakata yang beragam sesuai dengan konteks
kelas dan sekolah dan bukan melulu tentang grammar atau structure, sesuai
dengan pendapat Sekretaris Jendral Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno
Listyarti (Kompas.com, 13/11/2012). (baca
selengkapnya di ratnamizan.blogspot.com)
Materi Pembelajaran Bahasa Inggris
Materi
bahasa inggris sekolah dasar haruslah mencakup semua aspek skill bahasa
Inggris, mulai dari reading, speaking, listening, dan writing. Hal ini
bertujuan agar para siswa sekolah dasar mampu meningkatkan kemampuan bahasa
Inggris mereka secara keseluruhan. Namun semua materi yang disampaikan
sebaiknya merupakan materi dasar yang memang dibuat khusus untuk siswa sekolah
dasar.
Secara umum materi bahasa Inggris untuk sekolah
dasar mungkin sangat mudah dibuat, namun dalam penyampaiannya, justru materi
bahasa Inggris sekolah dasar adalah yang paling sulit diimplementasikan. Oleh
karena itu para pengajar bahasa Inggris tak hanya dituntut untuk pitar dalam
menyusun materi, tapi juga harus jenius dalam menyampaikan materi kepada
anak-anak.
Materi bahasa inggris sekolah dasar yang sudah
berjalan saat ini memang memang fokus penekanannya kepada penguasaan
vocabulary. Hal ini tentunya tidaklah sama sekali salah, akan tetapi ada hal
yang perlu digaris bawahi dalam mengajar Bahasa Inggris di sekolah dasar, yaitu
pendekatan pengajaran yang komunikatif.
Dengan cara membiasakan penyampaian materi dengan
menggunakan bahasa Inggris dalam setiap kesempatan, meskipun kata-kata tersebut
sulit disampaikan secara verbal, tapi Anda bisa menggunakan metode visual
ataupun gerak tubuh. Karena penyampaian materi bahasa Inggris yang komunikatif
akan mendorong anak untuk menggunakan Bahasa Inggris secara nyata di
dalamkelas. Hal ini tentunya akan
memberikan pengalaman dan pembelajaran bahasa Inggris, yang memang tujuan
utamanya kita dapat menerapkannya untuk tujuan komunikasi.
Pendekatan Pembelajaran Bahasa Inggris
Pembelajaran Bahasa Inggris pada jenjang pendidikan
SD identik dengan mengajari seorang bayi bahasa ibu. Dimana secara umum anak-anak
kita di sekolah dasar belum mengenal Bahasa Inggris . Sehingga hal itu akan
berdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD yang lebih
bersifat pengenalan. Sehingga diusahakan sedapat mungkin agar tercapai apa yang
disebut “kesan pertama sangat mengesankan’ yang selanjutnya sebagai motivasi
bagi mereka untuk mengeksplorasi khasanah berbahasa inggris pada tataran lebih
lanjut. Maka dari itu diperlukan kiat-kiat khusus berupa penerapan
metode-metode pembelajaran yang inovatif.
Awalnya pembelajaran Bahasa Inggris di negara
asalnya sendiri yaitu Inggris dan beberapa negara pengguna Bahasa Inggris
sebagai bahasa nasionalnya seperti Australia, New Zaeland, Kanada dan Amerika
Serikat mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah. Sejak sekitar tahun 1980-an
mulai menerapkan pendekatan whole language pada pembelajaran bahasa ( Routman,
1991). Whole language adalah pendekatan pengajaran bahasa secara utuh tidak
terpisah-pisah (Edelsky, 1991 ; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weaver , 1992) .
Pendekatan whole language didasari oleh paham kontruktifisme yang menyatakan
bahwa anak dapat mengkonstruksikan sendiri strutur kognitifnya berdasarkan
pengalaman yang didapatkannya melalui peran aktif dalam belajar secara utuh
(whole) dan (integrated) terpadu. (Robert, 1996).
Komponen whole language adalah (1) Reading alloud,
yaitu kegiatan membaca yang dilakukan guru kepada siswanya. (2) Jurnal writing
yaitu suatu kegiatan menulis jurnal yang memberikan siswa mencurahkan
perasaannya tentang kegiatan belajar dan hal ikwal yang ada hubungannya dengan
pembelajaran serta sekolah dalam bentuk tulisan.
(3) Sustained silent reading, yaitu kegiatan membaca dalam hati. (4) Guided
reading, yaitu kegiatan membaca terbimbing, (5) Guded Writing, yaitu kegiatan
pembelajaran menulis terbimbing, (6) Independen reading, yaitu kegiatan membaca
bebas sesuai bacaan yang siswa gemari. (7) Independent writing yaitu kegiatan
menulis bebas sehingga siswa dapat berfikir kritis dalam menganalisa obyek atau
hal yang ia tulis.
Kelas yang menerapkan pembelajaran berbasiskan whole
language adalah merupakan kelas yang kaya akan barang cetak, seperti buku,
majalah, koran, dan buku petunjuk. Di samping itu kelas whole language
dilengkapi dengan sudut-sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara
mandiri. Strategi penilaian yang guru dapat lakukan dalam hal ini adalah
melalui penilaian proses dan fortofolio.
Sementara menurut David Nunan (1989) dalam Solchan
T.W., dkk (2001:66) pembelajaran bahasa hendak dibelajarkan menggunakan
pendekatan komunikatif. Dimana pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa
adalah suatu sistem untuk mengekspresikan suatu makna, yang menekankan fasa
dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh
karna itu yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan
pengetahuan tentang bahasa.
Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah
teori pemerolehan bahasa ke dua secara alamiah. Teori ini beranggapan bahwa
proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah sehingga
proses belajar bahasa lebih efektif dilakukan melalui komunikasi langsung dalam
bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa
berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum pembelajaran bahasa
adalah untuk mengembangkan siswa untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa
Inggris dengan pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi komunikasi
nyata , seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau kegiatan lain
yang sifatnya riil.
Dalam pendekatan komunikatif peran guru hanya
bersifat memfasilitasi proses komunikasi , partisipan tugas dan teks,
menganalisa kebutuhan, konselor dan manajer pembelajaran. Sementara siswa
berposisi pada pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga siswa
tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi bentuk dan maknanya dalam
kaitannya dengan konteks pemakaian. Materi yang disajikan dalam peranan sebagai
pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata.
Menurut pendekatan komunikatif metode yang tepat
diterapkan adalah metode komunikatif itu sendiri dengan uraian teknik seperti
yang diuaraikan dalam Santosa, dkk yang dipetik dari Tarigan yang disarikan
dari Solchan, dkk. (2001) berikut ini, (1) teknik pelajaran menyimak, (2)
teknik pembelajaran berbicara, (3) teknik pembelajaran membaca, (4) teknik
pembelajaran menulis. Sementara teknik evaluasi untuk pendekatan ini adalah tes
diskrit yaitu tes yang bersifat terpisah antar aspek kebahasaan, tes integratif
yaitu tes yang memadukan semua aspek kebahasaan pada suatu tes evaluasi yang
bersifat tercampur. Yang terakhir adalah tes pragmatik yaitu kemampuan siswa
dalam menggunakan elemen-elemen kebahasaan dalam konteks situasional tertentu
sebagai tolak ukurnya. Beberapa jenis tes pragmatis adalah, dikte, berbicara,
parafrase, menjawab pertanyaan, dan teknik rumpang.
Pendekatan yang lain yang sering dianjurkan untuk
diterapkan adalah pendekatan ketrampilan proses. Dimana pendekatan ketrampilan
proses diidentifikasi sebagai pendekatan yang memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan
bahasa. Kalau dibandingkan dengan pendekatan whole language dan pendekatan
komunikatif maka pendekatan ketrampilan proses adalah dijiwai oleh dua
pendekatan tersebut. Demikian halnya dengan pendekatan CBSA yang pernah populer
di era tahun 1980-an juga merupakan cerminan dari dua pendekatan sebelumnya.
Sampai kepada pendekatan pakem dan yang terakhir adalah pendekatan quantum
teaching.
Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa
Inggris
Metode pembelajaran bahasa inggris memainkan peranan yang sangat
penting di dalam kegiatan belajar bahasa Inggris. Ada banyak siswa yang mampu
mencapai prestasi baik karena diajarkan menggunakan metode pembelajaran bahasa
inggris yang tepat. Sebaliknya, kebanyakan siswa merasa bosan dan enggan
belajar bahasa Inggris karena metode yang ada begitu membosankan.
Sebuah metode pembelajaran bahasa Inggris merupakan kunci dalam
pembelajaran. Apabila seorang guru menerapkan metode yang kurang tepat serta
membosankan, maka habislah sudah kelas tersebut. Rata-rata, siswa akan
cenderung bosan dan tidak menyukai kelas bahasa Inggris yang berlansung selama
hampir dua jam. Metode belajar bahasa inggris apakah yang wajib diketahui oleh
seorang guru? Di bawah ini, kami memberikan informasi mengenai 4 metode belajar
yang wajib untuk diketahui.
1. Grammar
Translation Method
Metode ini biasa disingkat dengan GTM. Adalah sebuah metode yang paling
lama ada di dunia pembelajaran sebuah bahasa asing. Indonesia sendiri, masih
menggunakan metode GTM dari sejak pengajaran bahasa Inggris terjadi hingga saat
ini. Apa sebenarnya GTM?
Ini merupakan metode dimana grammar atau tata bahasa lebih ditekankan.
Selain tata bahasa, juga terdapat translate atau alih bahasa yang paling sering
digunakan untuk mengajarkan kosakata. Guru akan mengajarkan materi tentang tata
bahasa menggunakan rumus, dan kemudian menggunakan alih bahasa ketika
memberikan pengajaran membaca, menulis, serta kosakata dalam bahasa Inggris.
2. Audio
Lingual Method
Audio Lingual Method adalah sebuah metode pembelajaran bahasa Inggris
dimana guru mempraktikkan sebuah dialog pendek yang satupun artinya belum dapat
diterjemahkan oleh siswa. Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk
mengikuti dialog tersebut dan siswa menebak maksud dialog dari mimik, pose
dialog, dan beragam hal yang dipraktikkan oleh seorang guru.
Siswa diajak menghafal dialog yang bahkan mereka tidak mengetahui
tulisan dan arti secara jelas. Mereka dipaksa berpikir untuk mengerti isi
dialog dan menghafalnya dalam waktu singkat tanpa boleh membaca atau
menulisnya. Setelah siswa menghafal, maka barulah mereka diberikan kata-kata
yang ada di dalam dialog tersebut. Siswa membaca, kemudian mereka menulisnya.
Metode ini dipercaya ampuh untuk membuat siswa belajar bahasa Inggris
dengan cepat. Mereka diajarkan sebuah bahasa layaknya masa bayi dahulu. Karena
bahasa diajarkan melalui mendengar dialog tanpa arti dan mereka mengetehui
maksudnya hanya dari mimik wajah, pose dialog, serta gesture. Setelah
mendengar, siswa diajak untuk berbicara dan menghafal dengan bekal mengetahui
maksud kata tersebut tetapi tanpa arti yang jelas secara detail. Kemudian,
kegiatan membaca dan menulis baru dilakukan setelah siswa mendengar serta
berbicara.
3. Silent Way
Silent Way sejatinya digunakan oleh Celeb Cattegno untuk mengajarkan
matematika. Namun, dewasa ini metode pembelajaran bahasa inggris bernama silent
way merupakan metode yang powerful apabila diterapkan pada pembelajaran bahasa
Inggris.
Silent way adalah metode yang menggunakan rods atau batang sebagai
medianya. Rods mempunyai warna dan panjang yang berbeda. Dengan rods, seorang
guru mengajarkan banyak hal terutama mengenai berbicara dan tata bahasa dalam
bahasa Inggris.
Metode ini secara garis besar mempunyai konsep yang sama dengan audi
lingual method. Siswa diajak untuk mendengar, berbicara, membaca, dan baru
menulis. Ada satu hal menarik dimana siswa juga diajak untuk membangun sense
atau inner criteria yang membuat mereka mampu mendeteksi serta memperbaiki diri
apabila terdapat kesalahan dalam menggunakan bahasa Inggris.
4. Total
Physical Response
Awal mulanya guru melakukan beberapa pekerjaan misalnya berjalan,
duduk, memegang telinga, menaruh penggaris, atau menulis. Namun sebelum guru
melaksanakan semua pekerjaan tersebut, ia memerintah dirinya terlebih dahulu
dengan instruksi bahasa Inggris.
Setelah beberapa kali pengulangan melalui perintah yang dilakukan dan
dilaksanakan oleh dirinya sendiri, pada tahap selanjutnya guru memberikan
perintah kepada siswa dengan perintah yang sama dengan dirinya tadi. Melalui
perintah tersebut, siswa diharapkan mampu melaksanakan sesuai dengan perintah
dan contoh yang tadi diberikan. Tentu saja, guru tidak melaksanakan perintah
tersebut dan ia hanya memberikan koreksi.
Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris
Setiap kegiatan pembelajaran memerlukan kegiatan
evaluasi untuk mengukur sejauh mana efektifitas pembelajaran telah dapat
diselenggarakan. Tentunya hal tersebut memerlukan acuan penilaian yang
dijadikan tuntunan pemberian skor secara kuantitatif sebelum disimpulkan secara
evaluatif. Dalam skenario pembelajaran acuan umum yang dipakai adalah indikator
yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pembelajaran.
Begitu pentingnya kegiatan evaluasi pembelajaran
sehingga setiap kegiatan pembelajaran mempersaratkan keberadaan perangkat
evaluasi. Rusyan (1993:211), dalam buku Proses Belajar Mengajar Yang Efektif
menyatakan evaluasi dalam suatu proses belajar mengajar merupakan komponen yang
sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan
evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar peserta didik, tetapi
juga memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Inti dari
evaluasi adalah pengadaaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar
mengajar untuk membuat macam – macam keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperolehnya melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
instumen tes maupun non tes. Sedangkan penilaian adalah usaha mengumpulkan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang hasil belajar
yang telah dicapai oleh siswa. Bentuk evaluasi itu ada berbentuk tes dan non
tes. Kedua bentuk itu dapat digunakan salah satu atau kedua – duanya tergantung
tujuan dari penilaian pembelajaran. Dalam
pembelajaran Bahasa Inggris evaluasi dapat diselenggarakan untuk mengetahui
sejauh mana indikator ketrampilan berbahasa sudah dapat dikuasai oleh siswa.
Evaluasi yang paling relevan adalah menggunakan lembar tes perfomance yang akan
mengukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap aspek kebahasaan yaitu,
mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Tampilan tes perfomance tersebut
dapat berupa diskrit, yang menampilkan bagian demi bagian aspek kebahasaan
tersebut. Dapat juga berupa tes
integratif dan fragmatik. Yang terpenting dalam hal ini adalah tujuan
pembelajaran tercapai sesuai dengan indikator yang ditargetkan dengan
menggunakan alat ukur berupa evaluasi yang relevan. Tentunya dengan
mempertimbangkan prosedur pembuatan alat ukur evaluasi tersebut.
Sumber: